Kehadiran seorang anak adalah anugerah dan impian setiap keluarga,
apalagi jenis kelaminnnya sesuai dengan yang diinginkan orang tuanya.
Namun tak semua orang beruntung bisa mendapatkan jenis kelamin bayi
sesuai dengan keinginannya. Tapi jangan kuatir, saat ini telah ditemukan
metode ilmiahnya. Metode Ilmiah adalah suatu cara yang dipakai oleh
para ahli di bidang keilmuannya dalam melakukan suatu kegiatan dan
berdasarkan bukti fisik sehingga hasilnya bisa dipertanggungjawabkan.
Melanjutukan artikel sebelumnya tentang tips bagaimana menghitung masa subur, berikut ini tipsanda.com akan menyampaikan beberapa metode yang sering dipergunakan dalam merencanakan jenis kelamin anak:
1.Metode Dr. Shettles. Metode Shettles adalah sebuah yang cukup terkenal dalam merencanakan jenis kelamin anak. Metode ini dikembangkan oleh Kadrum B. Shettles pada tahun 1960. Pada tahun 1971, Shettles dan David Rorvik menerbitkan buku yang berjudul “How to Choose The Sex of Your Baby”,
yang hingga kini diterbitkan dalam berbagai edisi. Konsepnya adalah
pengaturan kondisi asam dan basa untuk Sperma Y (endosperma = pembawa
sifat laki-laki) dan Sperma X (gymnosperma = pembawa sifat perempuan).
Menurut Metode Shettles, jenis kelamin anak dipengaruhi beberapa faktor:
1) Waktu Berhubungan Intim. Jika menginginkan anak
laki-laki, pembuahan harus dilakukan sedekat mungkin dengan masa ovulasi
sehingga sperma Y, yang lebih cepat pergerakannya bisa lebih dulu
melakukan pembuahan. Sebaliknya jika menginginkan anak perempuan,
lakukan hubungan intim 2 sampai 3 hari sebelum ovulasi dan tidak
melakukan hubungan intim sesudahnya;
2) Posisi Berhubungan intim.
Posisi berhubungan intim erat kaitannya dengan jenis kelamin anak.
Penetrasi yang dangkal menyebabkan sperma lebih dekat dengan permukaan
vagina, yang kemungkinan besar akan menghasilkan anak perempuan. Hal ini
disebabkan karena area vagina bersifat lebih asam sehingga menghambat
pergerakan seperma Y yang lemah. Untu membuat sperma Y bisa mencapai sel
telur lebih awal, lakukan penetrasi yang dalam agar sperma jauh dari
kondisi asam dan lebih dekat ke saluran uterus yang memiliki kondisi
basa;
3) Orgasme. Wanita yang mencapai orgasme pada
saat berhubungan intim merupakan lingkungan yang menguntungkan bagi
sperma Y. Lingkungan vagina menjadi lebih basa, sehingga sperma Y bisa
bergerak lebih cepat mencapai sel telur dibandingkan dengan sperma X.
Keadaan ini memberikan peluang bagi pasangan suami istri untuk
memperoleh anak laki-laki.
2. Metode Ericsson (Metode Inseminasi). Metode
Ericsson merupakan sebuah konsep merenanakan jenis kelamin anak
menggunakan metode inseminasi. Metode ini dikembangkan oleh Dr. Ronald Erricsson
sejak pertengahan tahun 1970. Metode ini paling banyak dipergunakan
oleh Klinik kesuburan dan cukup berhasil. Ericsson menyatakan bahwa
keefektifan metode ini bisa mencapai 85%, tetapi sebagian ahli
mempertanyakan hasilnya. Cara kerja metode ini dibagi menjadi 2, sebagai
berikut: 1) Memisahkan kromosom laki-laki dan perempuan ke dalah sebuah
tabung albumin berbentuk gel yang mudah larut; 2) Memisahkan sperma
melalui proses sentrifugasi. Sperma Y yang lebih ringan akan naik ke
atas. Smeentara sperma X yang lebih berat akan tenggelam ke bawah.
3. Metode Akihito. Teori sederhananya adalah jika
sperma X membuahi sel telur, maka terbentuklah janin perempuan.
Sebaliknya, jika sperma Y yang membuahi sel telur maka terbentuklah
janin laki-laki. Untuk memperoleh bayi laki-laki, pembuahan sebaiknya
dilakukan pada saat sel telur telah matang dan siap dibuahi (cara
mudahnya, lakukan hubungan intim tepat pada saat terjadi ovulasi).
Ovulasi atau proses pelepasan sel telur dari indung telur terjadi setiap
bulannya di antara 2 siklus menstruasi. Bagi wanita yang memiliki
siklus menstruasi 30 hari, maka masa ovulasinya diperkirakan antara hari
ke-14 hingga hari ke-16, di antara kedua siklus menstruasi. Misalnya ,
wanita yang menstruasi pada tanggal 10 Mei dan haid berikutnya pada
tanggal 9 juni, maka masa ovulasinya berada antara tanggal 24-26 Juni.
Tepatnya, ovulasi selalu terjadi pada 14 hari sebelum menstruasi
berikutnya. Jadi, bila Anda menginnginkan bayi laki-laki, dianjurkan
untuk melakukan hubungan intim pada tanggal 26 Juni atau setelahnya.
Untuk menjaga agar jumlah dan mutu sperma Y maksimal, pria dilarang
melakukan hubungan intim dengan istri selama 5 hari menjelang ovulasi
ditambah 2 hari selama proses ovulasi.
4. Metode Gradient. Metode Gradient diperkenalkan oleh dr. Potter
dari Amerika Serikat. Metode ini merupakan salah satu metode yang
paling sederhana dalam teknologi pemilihan jenis kelamin anak. Sel
sperma ditampung dan diletakkan di dalam mesin pemusing (centrifuge).
Melalui proses pemusingan sel sperma Y akan terpisah dari sperma X yang
memiliki bobot lebih berat. Selanjutnya, sel sperma yang dipilih akan
digunakan dalam proses inseminasi sederhana (intra uterine insemination).
Metode Gradient ini memiliki tingkat keberhasilan yang cukup baik
(sekitar 50%) dan biaya yang dibutuhkan juga lebih murah bila
dibandingkan dengan metode pemilihan gender yang lain. Metode Gradient
lebih banyak berhasil digunakan bila orang tua menginginkan bayi
perempuan.
5. Metode Flow Cytometry. Metode Flow Cytometry merupakan sebuah teknik pemisahan sel sperma menggunakan substansi yang berfungsi mewarnai (fluorescent dye)
sperma yang mengandung kromosom X. Substansi ini dapat menempel dengan
cepat pada sperma X karena kromosom X mengandung materi genetic yang
lebih banyak dibandingkan dengan kromosom Y. Selanjutnya, sel sperma X
dan Y dipisahkan menggunakan mesin laser. Sel sperma yang dikehendaki
kemudian digunakan pada proses pembuahan dengan metode inseminasi
sederhana atau bayi tabung. Tingkat keberhasilam teknik ini cukup
tinggi, yaitu berkisar antara 60% – 70%.
6. Metode Preimplementasi Genetic Diangnosis (PGD).
PGD adalah metode tebaik dalam pemilihan jenis kelamin anak. Metode ini
memerlukan prosedur yang rumit. Pertama, embrio dibuat di laboratorium
dengan mempertemukan sel sperma dan sel telur, kemudian dianalisa
struktur sel dan DNA-nya. Selanjutnya, embrio tersebut akan membelah
diri. Setelah itu, 3 sel dari embrio diambil dan dianalisa materi
genetic serta DNA-nya. Setelah jenis kelamin embrio tersebut diketahui,
embrio dengan jenis kelamin yang diinginkan saja yang kemudian
diimplementasikan ke dalam rahim pasien melalui prosedur bayi tabung (in vitro fertilization/IVF). Tingkat keberhasilan metode PGD mendekati sempurna, yaitu mencapai 99%.
7. Metode Kalender Cina. Ternyata di negeri Cina ada
metode untuk memprediksi jenis kelamin anak berdasarkan umur ibu dan
kapan pembuahan dilakukan. Metode ini telah dikenal sejak 700 tahun yang
lalu dan telah dibuktikan ribuan orang serta dipercaya keberhasilannya
hampir 99%. Metode Kalender Cina menggunakan sistem table untuk
memprediksi jenis kelamin anak yang Anda inginkan. Tabel ini dapat
digunakan oleh wanita yang berumur antara 18-45 tahun, tentu saja dengan
organ reproduksi yang sehat. Berpedoman pada table ini, Anda dapat
memilih kapan waktu yang tepat untuk berhubungan intim sesuai dengan
jenis kelamin anak yang diinginkan. Misalnya: 1) Istri Anda berumur 33
tahun. Anda melakukan hubungna intim pada bulan Maret, kemungkinan besar
anak yang akan lahir adalah anak laki-laki; 2) Istri Anda berumur 24
tahun, Anda melakukan hubungan intim pada bulan Februari, maka
kemungkinan besar anak yang akan lahir adalah perempuan.
0 komentar:
Posting Komentar